Dr. Wendi Zarman kemudian memberikan beberapa analogi sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh saja ketika kita ingin makan, pastinya ada beberapa faktor pendorong dan asumsi-asumsi yang membuat kita ingin makan. Tindakan atau perbuatan makan tersebut dilandasi oleh sebuah keyakinan. Ketika kita makan pastinya kita sudah yakin bahwa kita lapar, kita yakin bahwa makanan tersebut dapat mengenyangkan kita, kita yakin makanan tersebut higienis dan aman untuk kita. Atau tatkala kita ingin pergi ke luar kota, sebelum kita menaiki kendaraan umum, pastinya kita akan meyakinkan diri kita terlebih dahulu, dan sebelum menaiki kendaraan yang mengantarkan kita ke tempat tujuan, maka kita akan bertanya pada petugas yang ada di tempat saat itu. Setelah kita yakin dengan arahan petugas tersebut, kita pun dengan tenang duduk dalam kendaraan tersebut, dan pastinya yakin bahwa kendaraan tersebut akan mengantarkan kita ke kota tujuan. "Tindakan-tindakan tersebut dilatar belakangi oleh sebuah keyakinan", tegasnya.
Beliau mengambil contoh lagi tentang sebuah budaya kolot di Jepang, Harakiri. Penyebab dan dorongan perbuatan tersebut adalah karena rasa malu. Bagi orang-orang Jepang, lebih baik mati terhormat dengan cara bunuh diri daripada hidup menanggung malu. Tindakan bunuh diri tersebut juga berdasarkan pada sebuah keyakinan. Ada faktor-faktor pendorong dan asumsi-asumsi yang menyebabkan Harakiri tersebut. Akan tetapi, bagi orang lain -terutama umat Islam- mungkin hal tersebut adalah hal yang aneh dan tragis.
Di Barat, feminisme timbul dan didorong oleh beberapa keyakinan bahwa mereka memang merasa ditindas oleh kaum laki-laki. Budaya patriarki dan pengekangan terhadap kebebasan perempuan dirasakan oleh perempuan-perempuan Barat, yang pada akhirnya melahirkan gelombang feminisme. Berbeda dengan Islam, yang menjadikan keadilan sebagai asas utama dalam mengarungi kehidupan sosial, baik laki-laki maupun perempuan. "Dalam tiap tindakan sadar manusia ada pikiran atau kepercayaan yang tersembunyi yang melandasinya, itulah WORLDVIEW", tutur beliau.
Dalam uraian berikutnya, beliau mencoba menjelaskan secara etimologis arti kata Worldview. Worldview -atau Weltanschauung dalam bahasa Jerman-, merupakan unsur dari kata world, yang artinya dunia atau kehidupan duniawi. Dan view, yang artinya adalah pandangan akal pikiran, bukan pandangan mata. Jadi Worldview adalah pandangan terhadap dunia. "Sedangkan asumsi, yang menjadi landasan kita dalam berkata dan bertindak, adalah sesuatu yang kita percaya begitu saja", tambah beliau.
Dalam beberapa uraian berikutnya, beliau menjelaskan definisi Worldview dari sudut pandang orang Barat. Hal ini dilakukan dalam rangka mengkomparasikan antara pandangan-pandangan Barat dengan pandangan Islam. Uraian beliau sampai pada taraf membuat kategorisasi antara mereka yang percaya pada nilai-nilai ketuhanan, dan mereka yang tidak percaya. Dan membuat beberapa tingkatan dari hasil Worldview yang kelak akan muncul tiga golongan, baik itu dari golongan Agama, Sosial-Politik, dan Sains. Maka sebagai penganut sebuah agama, kita pun memiliki pandangan hidup yang kesemuanya sudah diatur dalam agama kita, yang sumbernya berdasarkan dari wahyu Allah, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan kemudian bermuara pada sebuah keyakinan tentang ke-Esa-an Allah berupa Tauhid, yang memang menjadi asas utama dalam The Worldview of Islam, Pandangan Hidup Islam.
Di akhiri dengan sesi tanya-jawab, para peserta yang hadir sangat antusias untuk bertanya dan membahas terkait tema yang ditawarkan. Sebut saja Sadam, salah satu peserta Sekolah Pemikiran Islam (SPI Bandung), bertanya mengenai ikhtilaf fiqhiyyah atau ikhtilaf tanawwu' yang memang lumrah terjadi di tengah umat Islam, "Apakah hal tersebut karena perbedaan mengenai pandangan hidup mereka masing'masing?". Dr. Wendi memberi jawaban singkat bahwa yang dimaksud dengan worldview dalam pembahasan ini adalah yang bersifat global, mujmal, bukan perkara cabang yang jatuhnya dalam bab fiqih. Kalau di antara umat Islam sudah meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, Muhammad adalah Rasul dan Teladannya, Al-Qur'an kitab suci dan pedomannya, percaya dengan kehidupan setelah mati, maka mereka memiliki Worldview yang sama.
FIAN SOFIAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar