Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung angkatan 8 telah resmi dibuka pada hari Kamis, 1 September 2022. Bertempat di Ruang Tafsir masjid Istiqomah Citarum, pertemuan pertama di malam tersebut didahului oleh pemaparan dari Akmal Sjafril, yang merupakan pendiri sekaligus kepala pusat SPI yang saat ini juga merupakan peneliti di INSISTS.
Sesuai dengan visi yang diusung, yaitu menjadi lembaga pendidikan yang berkontribusi membangkitkan kembali tradisi ilmu untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam, maka Akmal menjelaskan bahwasanya agama Islam dibangun atas dasar ilmu pengetahuan, bukan keajaiban-keajaiban yang bersifat metafisik dan irasional. Akmal kemudian memberikan sebuah contoh mengenai fenomena orang murtad, yang menurut anggapannya tidak berlandaskan pada nilai-nilai intelektualitas. Tidak ada sejarahnya orang yang murtad menganggap bahwa konsep trinitas lebih logis ketimbang konsep tauhid yang ditawarkan oleh Islam. Motif murtad mereka tidak lebih dari sekedar perkara remeh-temeh dan timbangan duniawi belaka.
Akmal juga kembali menegaskan, bahwa level umat Islam jauh di atas umat-umat lain. Dalam berbagai lini, seharusnya umat Islam lebih jauh mengungguli mereka. Sebagai contoh dalam perkara kehidupan sosial, mereka penganut agama-agama lain pun menolak tentang LGBT dan freesex, akan tetapi kembali hanya Islam saja yang habis-habisan menentang hal-hal tersebut. Penganut agama lain sudah angkat tangan menghadapi hal-hal tersebut, maka imbasnya adalah kerusakan moral dan hilangnya peradaban dari masyarakat mereka. Itulah tujuan sekularisme dan liberalisme, menjauhkan manusia dari peradaban dan moralitas. Karena bagi penganut sekularisme, agama dan nilai-nilai ketuhanan harus dijauhkan dari ruang lingkup publik apapun itu namanya. Cukup dijadikan konsumsi pribadi saja.
Maka kiranya tepat, jika saat ini SPI menjadi wadah yang mengakomodir seluruh kalangan muda-mudi muslim dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, untuk mengkaji fenomena-fenomena yang tengah terjadi saat ini -terutama di lingkungan kampus atau tempat tinggal mereka-. Salah satunya adalah Trianka Utama, salah seorang peserta SPI Bandung yang memiliki latar belakang pendidikan di jurusan komunikasi dan pengembangan masyarakat IPB, tatkala ditanyakan mengenai fenomena sekularisme,
"Proyek sekularisasi bangsa Indonesia itu sangat terasa hasilnya di masa sekarang. Orang-orang benar-benar jauh dari agama, apalagi generasi-generasi akhir sekarang ini. Mereka ini di setiap sendi kehidupannya dicekoki pemikiran ala-ala sekuler liberal. Jauh dari agama ditambah dengan pemahaman sekuler liberal, jadilah generasi yang rusak aqidah, rusah ibadah, rusak akhlak, dan rusak pemikirannya".
Mengenai harapannya tatkala mengikuti program SPI, "Itulah salah satu peran SPI, sebagai pondasi untuk membangun generasi umat Islam bukan hanya sekedar aqidah, ibadah, atau akhlaq, tapi pemikiran dan intelektualitasnya juga di islamisasi", imbuhnya.
Maka kita berharap, dengan agenda yang ditawarkan oleh SPI ini menjadi tempat yang akan melahirkan kaum-kaum intelektual di kalangan umat Islam -yang sebelum zaman kemerdekaan disebut sebagai kaum modernis-, yang berpedoman kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan menolak segala bentuk kejumudan berfikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar