Sikap Islam Terhadap Kemerdekaan Berfikir
(Disadur dari tulisan Mohammad Natsir).
Salah satu dari tiang-tiang ajaran junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang penting, ialah: Menghargai akal manusia dan melindunginya dari pada tindasan yang mungkin dilakukan orang atas nikmat Tuhan yang tiada ternilai itu. Muhammad meletakkan akal pada tempat yang terhormat dan menjadikan akal itu sebagai salah satu alat untuk mengetahu Tuhan. Bertebaran dalam Al-Qur'an pertanyaan yang memikat perhatian, menyuruh orang mempergunakan fikiran dan mendorong manusia supaya mempergunakan akalnya dengan sebaik-baiknya:
أفلا تتفكرون
"Kenapa mereka tidak berfikir?". (QS. Al-An'am:50)
أفلا تعلمون
"Kenapa mereka tiada mengetahui?"
أفلا تعقلون
"Kenapa mereka tiada mempergunakan akal?". (QS. Al-An'am:32), dan demikianlah seterusnya...! Disuruh manusia memperhatikan tumbuhan yang hidup, dan ditanya, apa dan siapakah yang menghidupkan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan itu.
Akal merdeka bisa memperkuat dan memperteguh iman kita, menambah khusyu' dan tawadhu' kita terhadap kebesaran Ilahi serta membantu kita mencari rahasia-rahasia firman Tuhan, menolong kita memahamkan hikmah-hikmah suruhan dan ajaran agama, mempertinggi dan memperhalus perasaan keagamaan kita.
Akal merdeka bisa membersihkan agama kita dari kutu-kutu berbahaya yang datang belakangan dan yang bertentangan dengan agama itu sendiri. Akal merdeka membukakan jendela alam pikiran kita, agar bertukar udara apik dan busuk dengan udara yang bersih dan nyaman.
Tapi dalam pada itu akal merdeka pandai pula membongkar tiang-tiang agama itu, melemparkan hudud dan melangkahi batas. Jadi bukan saja ia bisa memasukkan udara yang sejuk dan sepoi-sepoi basam tetapi dapat pula memasukkan topan limbubu menghancurkan apa yang ada.
Agama datang membangunkan akal dan membangkitkan akal itu serta menggemarkan agar manusia memakai akalnya dengan sebaik-baiknya sebagai suatu nikmat Ilahi yang maha indah.
Ir. Soekarno pernah mengemukakan satu tamsil tentang jilatan anjing:
Pada suatu hari saya punya anjing menjilat air di dalam panci di dekat sumur. Saya punya anak Ratna Juami berteriak, "Papie, papie, si Ketuk menjilat air di dalam panci".
Saya menjawab, "Buanglah air itu, dan cucilah panci itu beberapa kali bersih-bersih dengan sabun dan creoline".
Ratna termenung sebentar. Kemudian ia menanya, "Tidakkah Nabi bersabda bahwa panci ini mesti dicuci tujuh kali, diantaranya satu kali dengan tanah?".
Saya menjawab, "Ratna, di zaman Nabi belum ada sabun dan creoline. Nabi waktu itu tidak bisa memerintahkan orang memakai sbaun creoline!".
Muka Ratna menjadi terang kembali. Itu malam ia tidur dengan roman muka yang seperti bersenyum, seperti mukanya orang yang mendapat kebahagiaan besar. Maha besarlah Allah ta'ala, maha mulialah Nabi yang Ia suruh!.
Menjaga kebersihan itu diperintah oleh agama kita. Caranya kita menjaga kebersihan itu diserahkan kepada kita, menurut ilmu kesehatan di zaman kita dan dengan alat-alat yang ada dalam masyarakat kita. Kalau kita dapat tahu bahwa jilatan anjing itu ada mengandung mikrob dan kita buang mikrob itu dengan sabun atau karbol, atau kita rebus dan kita bakar dengan spirtus sampai steril sama sekali, yang demikian adalah satu amal keduniaan menjaga kebersihan yang dengan cara umum juga sudah disuruh oleh agama. Akan tetapi semua ini tidak menghilangkan bahagian 'Ubudiyyah dari masalah ini, yakni suruhan mencuci dengan tanah. Demikian juga bila ada orang bisa melihat bahwa dalam shalat itu ada semacam gerak badan (sport). Dan kita sekarang sudah mendapat cara sport yang modern dan praktis. Kita boleh kerjakan sport itu, tapi apakah bisa shalat itu lantas ditukar saja dengan badminton, umpamanya? Tentu tidak bisa, bukan?
Ditakdirkan besok lusa anak saya datang mengatakan, "Ba! Si Kumbang menjilat panci. Cukupkah kalau dicuci dengan sabun dan kreolin saja?".
Saya akan jawab, "Sekedar menjaga kebersihan kita, itu sudah cukup. Akan tetapi untuk menyempurnakan suatu suruhan agama yang harus kita terima dengan ta'abbudi, cucilah panci itu pakai tanah satu kali dan lindangi dengan air bersih-bersih sampai enam kali. Sekarang, bila kuatir kalau-kalau pada bekas jilatan anjing itu ada bakteri-bakteri, cuci pulalah sekali lagi dengan lisol atau kreolin dan yang semacam itu!".
Kalau saya jawab begitu, say ayakin bahwa anak sayapun akan tidur pada malamnya dengan nyenyak dan mukanyapun akan berseri-seri lantaran hygienishchezin-nya sebagai anak dari zaman bakteriologi dan hygiene sudah ia puaskan dengan cara yang ia telah dimerdekakan oleh agama melakukannya disamping itu ia telah sempurnakan pula suatu suruhan 'ubudiyyah terhadap Tuhan dengan cara yang telah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maha Sucilah Tuhan yang mengetahui akan apa yang nyata dan apa yang gaib dari akal dan pancaindera hamba-hambaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar