Sebuah sejarah memiliki nilai positif dan negatif, tergantung dari sudut mana kita melihat dan memaknainya. Ketika sejarah menjadi suatu hal yang positif, sudah barang tentu di dalamnya tidak berisi kepentingan-kepentingan penguasa dan pemenang semata. Dan bukan pula berisi sebuah pembenaran dari si pemenang. Sejarah yang seperti ini akan bernilai positif bagi generasi setelahnya dalam memaknai sebuah kehidupan. Dan mereka dapat menimba sebuah pelajaran dari kehidupan yang telah berlalu di zamannya.
Sejarah hanya soal persepsi, hanya soal ruang dan waktu. Pihak yang memenangkan pertarungan akan menulis musuhnya sebagai pecundang dan pengkhianat. Dan tatkala musim bergulir, bergulir pula sejarah tergantung dari persepsi pihak yang berkuasa dan meraih tampuk kepemimpinan saat itu. Singkat cerita, siapa pahlawan dan pengkhianat, tergantung dari situasi psikologis penguasa.
Sejarah bukan sekedar khayalan yang menggantung di awang-awang belaka, sejarah bukan sekedar pembenaran dan kepentingan belaka. Lebih dalam, sejarah mengajarkan kita nilai-nilai sebuah kejujuran. Sejarah mengajarkan kita kehati-hatian dalam melangkah.
Melalui proses berfikir yang cukup panjang, perlu kiranya saya membuat sebuah blog khusus yang berisi pemikiran saya selama ini. Pemikiran yang terlahir dari proses membaca beberapa buku sejarah, terkhusus sejarah perkembangan Islam di Indonesia ini dan sejarah beberapa tokoh Islam yang juga turut berkontribusi pada perjuangan Islam dan bangsa Indonesia ini.
Tak luput, saya pun akan menuliskan kejadian-kejadian yang terjadi di negeri ini berkaitan dengan keadaan rakyat Indonesia pada umumnya, dan umat Islam secara khusus.
Amat penting saya rasa membuat tulisan yang berkenaan dengan pemikiran dan kejadian sejarah di negeri ini. Semoga kelak tulisan ini bermanfaat untuk tuan-tuan para pembaca entah di generasi saya saat ini maupun kelak di generasi setelah saya. Dan terkhusus semoga tulisan ini bermanfaat untuk anak keturunan saya kelak.
Teringat sebuah nasehat penting dati tuan Haji Omar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto), yang memberi saya ruh penyemangat dalam menulis. Beliau berkata:
"Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator".
Tak usahlah jauh harapan saya kedepan untuk menjadi seorang Pemimpin besar, cukuplah kiranya tulisan-tulisan saya ini memberikan faidah untuk tuan-tuan para pembaca ini. Yang juga terhitung sebagai Amal Jariyah saya kelak untuk menghadapi hari akhir. Wassalam.
Bandung, 18 Maret 2020/23 Rojab 1441
Fian Sofian
(Blog ini merupakan kelanjutan dari blog historislam18.blogspot.com yang sudah lama terbengkalai dan terlupakan alamat emailnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar