ABSTRAK
Meskipun pada akhirnya Maroko kalah dalam laga seperempat final
melawan Prancis, namun tidak menutup kemungkinan mereka akan meraih peringkat
juara tiga dalam laga gelaran FIFA World Cup Qatar 2022. Setidaknya Maroko telah mewakili benua Afrika bagian Utara dalam ajang FIFA World Cup Qatar 2022
tersebut. Dan terlebih, Maroko yang merupakan negara dengan mayoritas pemeluk
agamanya adalah Islam, bukan hanya mewakili rasa bangga dari masyarakat Afrika
khususnya, melainkan masyarakat Arab atau Timur Tengah dan juga masyarakat muslim
pada umumnya. Begitu pula dengan Negara yang penduduk muslimnya terbesar di
dunia, yang jaraknya ribuan kilometer dari gelaran ajang FIFA World Cup Qatar
2022. Sebuah negara kepulauan yang menurut survei masuk dalam empat besar negara pengguna media sosial terbanyak.
Di balik gegap gempitanya fans sepak bola di Indonesia, ternyata
masyarakat kita disuguhi oleh pemandangan-pemandangan yang luar biasa dari
gelaran tersebut. Sebutlah pada satu laga Arab Saudi melawan Argentina, Arab
Saudi dapat mengalahkan Argentina dengan skor 2-1, yang mana tim kesebelasan
Argentina diisi oleh pemain terbaik kelas dunia bernama Lionel Messi. Semua
orang dibuat kagum dan sedikit tidak percaya dengan penampilan tim kesebelasan Arab Saudi
pada laga itu. Lalu ada pula tim kesebelasan Jepang yang berhasil mengalahkan tim Panser Jerman
dan Spanyol, yang pada akhirnya membuat tim Panser Jerman -yang menuai
kontroversi saat melakukan protes tutup mulut karena dilarang menggunakan
ban kapten "One Love"- harus segera angkat kaki dari Qatar. Tentu saja kemenangan
yang diraih Arab Saudi dan Jepang mewakili rasa bangga penggemar sepak bola di
negaranya masing-masing, dan umumnya juga mewakili rasa bangga penduduk Asia,
yang mungkin sudah jenuh dengan dominasi Eropa dan negara-negara di semenanjung
Amerika Latin dalam menguasai sepak bola.
Artikel yang saya buat ini akan membahas mengenai tiga pembahasan yang selama ini jadi sorotan masyarakat dan keterkaitanya dengan peradaban Islam. Semoga dapat menjadi nilai tambah bagi Ujian Akhir Semester saya.
BAGIAN I : PENDAHULUAN
Peradaban Islam jelas dimulai di tengah-tengah gurun tandus yang
masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat jahiliyyah, masyarakat yang
hidup dalam kebodohan. Kebodohan mereka dikarenakan kehidupan mereka yang dipenuhi
dengan nuansa paganisme, penyembahan terhadap berhala, dan perilaku amoral
sebagian besar masyarakatnya. Fajar Islam datang, dibawa oleh seorang keturunan
Quraisy, yang nasab atau silsilahnya tersambung dengan Nabi Ismail dan Ibrahim.
Nabi Muhammad namanya, Nabi yang dikenal ummi (tak bisa membaca dan
menulis), namun masyarakat sekitar mengenal baik dirinya sebagai seorang yang
memiliki perangai santun, jujur, dan amanah.
Ajaran yang dibawanya meluas dan diterima oleh berbagai kalangan.
Sahabat-sahabat beliau melakukan ekspansi dan perluasan kekuasaan ke
negara-negara sekitar, dan menjadikan masyarakat yang dihampiri oleh fajar
Islam menjadi masyarakat yang beradab dan bermoral. Bukan hanya Mekkah dan
Madinah yang menjadi pusat kekuasaan, kekuatan, dan peradaban Islam, bahkan
negara-negara yang berada di semenanjung Arab dan bahkan sampai utara Afrika
telah dikuasai oleh Islam. Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan
penghasil rempah-rempah pun menjadi tempat untuk memperluas ajaran Islam.
Nusantara yang saat itu dikuasai oleh ajaran Hindu-Budha, pada akhirnya
menerima Islam sebagai ajaran yang dianut oleh mayoritas masyarakat Nusantara.
Hingga sampai saat ini, Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar di
dunia.
BAGIAN II : KEBIJAKAN LUAR NEGERI QATAR
Peradaban Islam yang sampai saat ini memegang kendali di
negara-negara yang telah kami sebutkan di atas, tetap teguh dipegang dan
dijalankan dalam berbagai hal. Salah satu yang kami bahas di sini adalah
mengenai ajang FIFA World Cup Qatar 2022, dimana Qatar yang selaku
penyelenggara dan tuan rumah membuat kebijakan yang melarang simbol-simbol
LGBTQ, alkohol, narkoba, seks bebas, dan berpakaian terbuka.
Yang akan dibahas lebih mendalam dalam pemaparan ini adalah mengenai larangan menggunakan kapten ban berlogo LGBTQ, yang dilarang dalam ajang FIFA World Cup Qatar 2022. Pemerintah dan masyarakat Qatar yang menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam tegas melarang praktek bahkan simbol-simbol LGBTQ. Bahkan hal tersebut didukung oleh FIFA President Gianni Infantino yang bahkan menyebutkan bahwa Barat -yang menganggap otoritas Qatar melanggar HAM dan kebebasan individu- sebagai hipokrit.
BAGIAN III : BARAT YANG HIPOKRIT
Aksi para pemain Jerman jelang laga melawan Jepang menuai kontroversi. Mereka menutup mulut tanda protes kepada peraturan FIFA yang melarang mereka menggunakan ban kapten "One Love". Dalam laman media sosial mereka di instagram, mereka membuat pernyataan resmi terkait aksi para pemain mereka tersebut. Berikut kutipannya, "Kami menginginkan untuk menggunakan ban kapten kami untuk mempertahankan nilai-nilai yang kami pegang di tim nasional Jerman: yaitu keberagaman dan sikap saling menghormati. Bersama dengan bangsa lain, kami juga ingin suara kami didengar. Ini bukan tentang membuat pernyataan politik, karena nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) tidak dapat dinegosiasikan. Itu harus diterima begitu saja, tetapi tetap saja tidak demikian. Itulah mengapa pesan ini sangat penting bagi kami. Melarang kami dalam menggunakan ban kapten sama dengan menolak kami bersuara. Kami berdiri dengan posisi kami."
Postingan tersebut sudah dikomentari sebanyak 27.000 lebih netizen, yang mayoritasnya justru memperolok aksi Jerman tersebut, dikarenakan pada akhirnya mereka kalah dari Jepang. Ada pula netizen yang mengaitkan kejadian tersebut dengan kasus terusirnya Ozil, karena membela hak asasi manusia di Uighur. Oleh karenanya, banyak yang menganggap Jerman hipokrit terkait permasalahan hak asasi manusia. Disamping memperolok Jerman yang hipokrit dan akhirnya kalah dari Jepang dan harus pulang ke negaranya, netizen juga mengaitkan aksi Jerman tersebut yang ingin dihormati, namun tidak mau menghormati kebijakan tuan rumah Qatar.
Tak mau kalah dari para pemain Jerman, Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea Castera mendesak tim sepak bola nasionalnya untuk melakukan hal yang sama dengan tim sepak bola Jerman dan membuat diri mereka didengar oleh otoritas FIFA atas hukuman penggunaan ban kapten. Hal ini dimaksudkan agar Prancis juga dianggap sama oleh dunia bahwa mereka membela hak asasi manusia. Namun presiden federasi sepak bola Prancis (FFF) Noel Le Graet mengatakan akan tetap mengikuti aturan FIFA.
Senada dengan Noel, gelandang Prancis Matteo Guendouzi menolak niat menteri olahraga Prancis Amelia Oudea Castera. Dia berkata, "Dia adalah seorang politisi yang mengatakan apa yang dia inginkan, dan kami akan menjelaskan posisi kami tentang keadaan ini (sebelum Piala Dunia). Tetapi kami hadir di sini (Qatar) untuk bermain sepak bola dan menikmati posisi kami sendiri di lapangan."
BAGIAN IV : SELEBRASI TIM MAROKO
Meski pada akhirnya Maroko kalah dalam pertandingan perempat final melawan Prancis, namun sebenarnya mereka menang di hati siapa saja yang mencintai dan menginginkan suatu peradaban yang baik bagi seluruh umat manusia. Selebrasi kemenangan mereka di lapangan menunjukkan kepada kita semua tentang bagaimana kita menghormati orang tua dan keluarga kita. Kemesraan yang mereka tunjukkan di hadapan kita tentu membuat siapapun yang melihatnya iri. Ini bukan sekedar pertandingan sepak bola, melainkan sebuah pertunjukkan peradaban Islam yang telah lama dibangun dan masih dipraktikkan oleh para pemain sepak bola Maroko.
Media massa juga memberitakan sikap para pemain dan tim ofisial yang menunjukkan keakraban dengan keluarganya. Ada momen mengharukan yang diperlihatkan Achraf Hakimi yang mencium kening ibunya. Ada saat Sofiane Boufal menari dengan ibunya di lapangan untuk merayakan kemenangan bersejarah mereka setelah melawan Portugal di Piala Dunia FIFA 2022 Qatar. Ada pula pelatih tim sepak bola Maroko Walid Reragui yang mencium ibunya. Dan ada juga penyerang tim sepak bola Maroko Youssef En-Nesyri yang menghampiri dan memeluk sang ayah. Dan tak lupa kiper tim sepak bola Maroko Yassine Bounou yang membawa anaknya saat sesi wawancara. Jika yang kami tulis adalah hubungan antara pemain sepak bola Maroko dengan orang tua dan anak-anaknya, maka ada yang membawa saudaranya saat sesi wawancara, yaitu ketika Sofyan Ambrabat dicium keningnya oleh kakaknya.
Apa yang diperlihatkan para pemain tim sepak bola Maroko mengundang komentator Jerman berbicara tentang apa yang telah dilihatnya. Dia berkata, "Kami tidak lagi melihat ikatan keluarga yang intim di masyarakat Barat. Konsep keluarga memudar, dan kita hanya bisa melihat para pemain berciuman dengan model dan pacar mereka sementara orang tua mereka ditinggal di panti jompo. Dukungan moral dari keluarga memainkan peran besar dalam kemenangan Maroko, sementara kami datang untuk mendukung homoseksualitas dan menutup mulut. Kami mengajari mereka (maksudnya orang Maroko) cara bermain sepak bola, jadi mereka unggul dan melebihi kami, dan kami harus belajar etika dan nilai-nilai keluarga dari mereka, berharap suatu hari kami melihat para pemain kami mencium kening ibu dan ayah mereka juga."
SUMBER DAN REFERENSI
Youtube Channel Cordova Media.
Social Media Account Instagram Cordova Media.
https://www.reuters.com/lifestyle/sports/french-sports-minister-urges-national-team-speak-up-armband-row-2022-11-24/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar